Aku tertawa bersama apa yang tak ingin aku miliki. Aku menangis atas apa yang ingin aku miliki. Atas alasan apa aku mempertahankan ini? Aku tidak buta, aku tidak tuli, dan mulutku masih bisa menyampaikan sesuatu. Aku bisa melihat segala pengkhianatanya, aku mendengar omong kosong nya, dan seharusnya aku bisa berkata "aku menyesal mencintaimu". Ketika semua terjadi begitu saja, aku tak pernah menyangka, perasaan ini belum mati, kenyataan menyampaikan kepadaku dengan jujur dan gamblang. Aku terlambat mengenalnya. Aku terlanjur menaruh cintaku. Aku belum berhenti atas rasa ini. Meskipun aku hanya menunjukan dengan cara kediaman ku, aku harap ia tahu. Aku tak perlu meminta, aku hanya perlu menunggu. Ketika ia tak kunjung datang, aku tak akan mencarinya, aku cukup menunggu. Aku hanya sanggup menunggu sampai aku lelah, dan aku akan pergi.
Ini waktu waktu dimana aku sedang menunggu. Sembari aku menunggu, aku menaruh namanya di dalam doa doa ku. Ketika aku meminta kepada Tuhan, aku tidak meminta untuk ia kembali. Aku selalu meminta agar Tuhan menjadikan ia pribadi yang baik dan senantiasa melindunginya serta memberi ia sukacita setiap hari. Aku mengasihinya. Sampai sekarang aku masih mengasihinya.
Jika dulu aku belum menggenalnya, sekarang aku terlalu mengenal hatinya. Dalam kebohongan aku mengetahui sesuatu. Dalam perkataan aku menemukan kepalsuan. Dalam diam, aku memperhatikan.
ELSA
0 comments:
Post a Comment